Memahami Garis Batas: Pelokalan VS Penerjemahan

Dalam dunia multibahasa dan multikultural saat ini, dua istilah yang sering mendapat sorotan dalam industri bahasa adalah ‘pelokalan’ (localization) dan ‘penerjemahan’ (translation). Meskipun kedua proses ini terlihat serupa, mereka memiliki perbedaan mendasar dalam prakteknya.

Penerjemahan adalah proses mengonversi teks dari satu bahasa ke bahasa lain. Ini melibatkan penggantian kata dan frasa dalam bahasa sumber dengan yang setara dalam bahasa target. Fokus utama dari penerjemahan adalah untuk memastikan bahwa pesan asli dipertahankan dengan akurat dalam bahasa yang diterjemahkan.

Di sisi lain, pelokalan melangkah lebih jauh. Ini tidak hanya mengubah teks ke dalam bahasa target tetapi juga menyesuaikan segala aspek produk atau konten agar sesuai dengan budaya, norma, dan harapan pasar lokal. Pelokalan mempertimbangkan seluk-beluk budaya lokal seperti simbol, warna, norma sosial, humor, dan konteks hukum. Dengan pelokalan, tujuannya adalah untuk membuat produk atau konten terasa seolah-olah diciptakan khusus untuk pasar target, meskipun aslinya berasal dari lingkungan yang sangat berbeda.

Misalnya, ketika sebuah perusahaan perangkat lunak merilis produknya di negara baru, penerjemahan teks programnya ke bahasa lokal merupakan langkah pertama. Namun, untuk benar-benar resonansi dengan pengguna, perusahaan tersebut perlu melokalkan elemen-elemen seperti format tanggal, mata uang, dan bahkan fungsi produk untuk memenuhi kebutuhan spesifik pengguna setempat.

Dalam praktiknya, pelokalan dapat melibatkan:

  • Pengubahan gambar dan grafik untuk menggambarkan orang dan situasi yang relevan dengan pasar lokal.
  • Menyesuaikan isi untuk mematuhi peraturan dan hukum setempat.
  • Mengadaptasi desain dan tata letak untuk menyesuaikan dengan preferensi estetika lokal.
  • Memodifikasi konten untuk menghindari ketidaksensitifan budaya atau kesalahpahaman.

Perbedaan antara penerjemahan dan pelokalan sangat penting karena kesalahan dalam salah satunya dapat berakibat pada kegagalan pasar atau bahkan menimbulkan ofensif. Oleh karena itu, spesialis bahasa tidak hanya harus mahir dalam berbagai bahasa tetapi juga harus memiliki pemahaman yang dalam tentang budaya dan kebiasaan lokal.

Sebagai penutup, dapat dikatakan bahwa penerjemahan adalah langkah pertama untuk memasuki pasar global, sementara pelokalan adalah kunci untuk berhasil di dalamnya. Keduanya merupakan aspek penting dalam strategi globalisasi yang efektif, memungkinkan produk dan layanan untuk menjangkau audiens yang lebih luas dengan menghormati dan merayakan keunikan setiap budaya.